Senin, 12 September 2016

SERDADU DUDA KUDA III

Bagian Ketiga:
Episode: Male Mules Sales Males.
Waktu berlalu dan wanita itu tetap sendiri.
Hanya saja dia tidak perlu harus berharap apapun kepada setiap pria.
Kalau pria tempat berlindung untuk kebutuhan makan, dan rumah maka dia dapat mengadakannya.
Kalau soal cinta, dia sudah mengubur itu dalam dalam. Mengapa?
Karena cinta yang tak bertaut dia sempat depresi.
Karena itu dia harus kehilangan pekerjaan.
Namun tidak terlalu lama akhirnya dia dapat berdamai dengan kenyataan.
Tidak sebagai karyawan tapi sebagai pengusaha.
Awalnya usaha yang tak dilirik sebelah mata sebagai eksportir kecil kecilan namun akhirnya berkat kerja keras telah mengantarkannya sebagai pengusaha berkelas dunia.
Kerja keras dan belajar keras dalam setiap putaran waktu membuatnya berkembang dan berkembang.
Dia puas.
Mitos pria bisa berbuat apa saja, ternyata juga berlaku untuk wanita.
Di Bandara International mata mereka beradu pandang.
Wanita itu tak bisa melupakan pria yang kini dihadapannya.
Dia ingin segera berlalu namun langkahnya terhenti.
Dia menoleh kebelakang dan pria itu berkata:
“Yun, kau kah itu?
“Mas Doni?
“Ya, Aku Doni!”
Pria itu berusaha membalut wajahnya dengan senyum ramah.
Dihadapannya kini ada seorang wanita cantik berkelas.
Tak nampak kesan wanita itu seperti dulu yang dia kenal.
Penuh percaya diri.
“Lama engga ketemu.
Apa kabar?
Tanya Doni."
“Kabar baik!“
"Terlalu baik nampaknya?“
Kata Doni.
Wanita itu hanya tersenyum.
Dia tak ingin bercerita banyak.
Dan apa pentingnya untuk bercerita kepada pria dihadapannya.
Baginya pria itu adalah masa lalu.
“Tahun lalu aku sempat ke kota dimana kita pernah bersama?“
Kata Doni.
“Oh ya?
Aku udah lama engga pulang, setidaknya sejak ibuku meninggal!”
“Mau kemana?“
“Ke Shanghai!”
“Oh ya, Bisnis apa?"
“Ya hanya sekedar bertahan hidup mencari nafkah?”
Kata wanita itu sekenanya.
“Wah hebat kamu.
Sudah jadi bisnis woman berkelas dunia!”
"Kamu sendiri mau kemana?"
"Mau ke Batam.
Ada panggilan lowongan kerja di sana?"
“Lho istri kamu?"
“Sudah bercerai.
Setahun lalu!”
“Mengapa?
Tanya wanita itu sambil mengerutkan kening.
“Mungkin hanya segitu usia jodoh kami!"
"Punya anak berapa?"
"Belum punya?"
"Oh!"
Terasa kikuk pertemuan itu.
Sebetulnya pria itu ingin lebih lama lagi berbicara tapi entah mengapa dia kehilangan keberanian untuk bicara banyak.
Apalagi nampak wanita itu tergesa gesa!"
Kalau kamu gagal di terima kerja di Batam, kamu bisa hubungi teman saya di Jakarta?"
Wanita itu menulis nama dan nomor telepon temannya di belakang kartu namanya!"
Berikan kartu nama saya ini kalau ketemu dia.
Mungkin dia bisa bantu kamu?"
Wanita itu tersenyum dan segera berlalu.
Dia terpana melihat langkah tegas wanita itu berlalu darinya.
Tak nampak sikap rendah diri kecuali penuh percaya diri.
Tapi wanita itu tidak menyimpan dendam apapun.
Bahkan berempati dengan hidupnya dengan memberikan kesempatan dia bekerja untuk bertahan hidup, untuk harga dirinya sebagai pria.
Bersambung..

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Alam Perwira | Born to Glory Template Created By : Alam Perwira and original template by Denzdii | Powered By : Blogger