Senin, 12 September 2016

SERDADU DUDA KUDA II

Bagian kedua.
Episode: Male Mules Sales Males!
Delapan tahun dia baru merasakan hidup sebagai pecundang.
Walau kedudukannya sebagai direktur perusahaan namun semua kendali perusahaan di pegang oleh istrinya.
Di hadapan mertua dan keluarga istrinya, dia tidak lebih sebagai boneka yang harus di jaga namun dapat dengan mudah di abaikan.
Baru kini dia merasa perlunya kehormatan sebagai laki laki.
Tapi apakah dia mampu?
“Aku menikah denganmu karena kamu punya kepintaran dan pekerja keras.
Jadi jangan pernah berharap lebih dariku!“
Kata istrinya ketika dia meminta agar tinggal dirumah.
“Orang tuaku memintaku untuk menjalankan perusahaan ini dengan benar.
Dan kamu harus membantu usaha keluarga ini agar dapat di teruskan dengan anak anak kita kelak!“
“Bukankah kamu istriku?
Serunya“ dan kamu harus mendengarku.
Sampai sekarang kita belum punya anak.
Karena kamu selalu sibuk.
Sampai kapan?“
Katanya?“
“Kita tidak punya apa apa selain memang harus hidup di bawah pengawasan Ayah.
Kita sudah beruntung dapat menikmati kelebihan harta ini tanpa harus menderita seperti orang lain.
Soal anak, memang aku belum siap melahirkan!
Jadi berhentilah bersikap kekanakan!“
Selalu dia kehilangan jalan untuk menjadi seorang laki laki.
Satu saat dia kembali ada keberanian bersikap di hadapan istri dan mertuanya.“
Saya harus keluar dari perusahaan ini. Saya sudah tidak tahan menjadi boneka di perusahaan maupun di rumah tangga.
Saya ingin di hargai seperti layaknya direktur di perusahaan dan kepala keluarga di rumah.”
Katanya!“
Oh, itu yang kamu mau?“
Jawab mertuanya.“
Baik, Kamu boleh keluar dari perusahaan ini dan silahkan kembali ke rumah sebagai kepala keluarga yang kamu mau!“
Lanjut mertuanya sambil menatap kearah istrinya.
“Bagaimana dengan kamu?“
Katanya kepada istrinya.
“Kalau abang berhenti dari perusahaan ini maka abang tidak ada tempat dirumah!“
Jawab istrinya dengan dingin.
“Bukankah kamu mencitaiku?“
“Abang, sudah tahu apa yang harus abang lakukan.
Banyak pintu keluar untuk abang bebas pergi dari sini!“ istrinya tidak menjawab tentang cinta tapi memintanya pergi.
“Baik!
Saya pergi!“
Dia mengambil tasnya dan pergi meninggalkan istri dan mertuanya.
“Tolong jangan ada satupun yang boleh abang bawa.
Karena semua bukan milik abang.
Kecuali barang yang abang bawa sewaktu abang datang kerumah saya!“
Teriak istrinya ketika dia melangkahkan kakinya keluar.
Delapan tahun perkawinan yang sia sia.
Memanglah perkawinan yang salah karena diawali dengan niat yang salah.
Karena dia hanya melihat dari kecantikan wanita dan kekayaannya.
Bahkan dalam banyak hal dia memang tidak pernah membuat keputusan yang benar.
Delapan tahun bagai menumpang tawa di tempat ramai namun akhirnya menangis dalam kesendirian tanpa ada yang mau peduli.
Bayangannya kini kembali kepada ketika dia pergi meninggalkan tempat dimana dia menyelesaikan kuliahnya.
Bayangan tentang seorang wanita yang begitu setia berkorban dan akhirnya dia tinggalkan begitu saja hanya karena dia tidak mencintai wanita itu.
Tapi dengan keadaannya kini maka dia sangat merindukan wanita itu.
Ternyata bagi laki laki yang sangat di butuhkan adalah cinta dari seorang wanita yang ikhlas berkorban.
Bersambung..

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Alam Perwira | Born to Glory Template Created By : Alam Perwira and original template by Denzdii | Powered By : Blogger