Minggu, 18 September 2016

Namanya Pakdhe Sumitro!

Ceritanya begini:
" Namanya Pakdhe Sumitro! "
Beliau adalah seorang Tua Bangka, yang mampu menunjuk kan sayang nya kepada Teh Esa, dengan wujud sebagai Wakaf Tempat Pemakaman Umum di daerah Jakarta Selatan, seluas -+ 3000m.
Beliau berprofesi dulunya sebagai penjual bakso malang keliling, arek malang ini, sekarang menjadi Bos Besar Bakso Malang seantero jabodetabex.
Dan beliau juga sangat aktip di majelis Rasulullah, dan beliau pun langsung di bawah bimbingan nya Almarhum Alhabib pendiri majelis tersebut, oleh sebab itu beliau mengerti, memahami bahkan mengetahui apa itu pembuktian ucapan dengan perbuatan perilaku di kehidupan tentang makna ikhlas, dan berserah diri kepada sang perantara pemilik semesta alam.
Dulu beliau, mengenal Teh Esa hanya sekedar di dunia maya dan sekarang beliau mengenalnya di dunia nyata.
Karena ke lugu annya dari sifat seorang pria sejati!
Beberapa tahun yang lalu sekitar 5 tahunan, beliau yang berkeyakinan bahwa sayang nya hanya untuk Teh Esa seorang, meskipun Tua Bangka beliau dengan Percaya Dirinya mengungkapkan semua perasaan nya dengan membabi buta, sampai picek itu babinya sangking buta nya mata.
Seolah olah di dunia ini hanya ada Teh Esa seorang, karena begitu nafsunya untuk sebenar benarnya mengenal Teh Esa, beliau menghalalkan segala cara dengan satu pencapaian bahwa beliau yakin dengan se yakin yakin nya bahwa Tuhan tidak se buta babi.
Beliau di berikan persyaratan ini dan itu sebagai jalan untuk mencapai tujuan, singkat cerita semua syarat terlaksana sampai yang dahulu beliau hanyalah seorang pedagang bakso malang keliling sampai sekarang pada ujung jalan nya beliau menjadi Bos Besar Bakso Malang, sekaligus Tuan Tanah Di Kota Malang, karena sebab akibat memenuhi persyaratan terakhir untuk mencapai puncak pencapaian bertemu dengan Teh Esa, yaitu me wakaf kan semua Tanah yang beliau miliki sebagai ganti untuk di jadikan Tempat Pemakaman Umum.
Dalam permainan Teh Esa, ya demikian adanya, seorang insan yang tidak pernah merasa memiliki apapun di dunia ini, entah itu berupa keluarga, orang tua, anak beserta harta apapun, beliau lah yang akan menjadi sang pemenang!
Para cendekiawan, para pakar agama, selalu berbicara tentang keseimbangan. Entah itu keseimbangan antara lahiriah dan batiniah, atau antara badan dan roh.
Seorang Hanindisa Halsa tidak akan pernah berbicara tentang keseimbangan.
Setidaknya engkau para peserta mengerti.
Keseimbangan apa?
Secara ilmiah terbukti sudah bahwa antara materi dan energi tidak ada keseimbangan, karena sesungguhnya materi dan energi tidak berbeda.
Hanya beda wujud saja, intinya sama. Lalu keseimbangan apa pula yang harus dibicarakan antara lahiriah dan batiniah, antara badan dan roh?
Untuk memasuki kesadaran batiniah, kesadaran lahiriah harus ditinggalkan. Mau mempertahankan "uap" air harus dimasak sampai mendidih.
Air itu sendiri harus "menguap".
Anda tidak bisa mempertahankan (keseimbangan) dua-duanya.
Kendati demikian, dalam uap juga ada air, itu sebabnya!
Teh Esa menasehati kita agar mengejar Kerajaan Semesta terlebih dahulu. Segala sesuatu yang lain, akan kita peroleh dengan sendirinya, karena dalam Kerajaan Semesta, segalanya ada.
Saat ini, kita mengejar satuan.
Kadang pensil, kadang pena.
Kadang penghapus, kadang papan tulis.
Carilah Si Penjual, Si Pemilik Toko, dan Dia akan memberikan segala sesuatu kepada anda.
Tidak perlu mencari satu per satu. Hanya buang buang waktu saja, sayang.
Cerita di atas saya persembahkan untuk semua insan yang terlarut dalam kepercayaan dirinya yang terlalu menenggelamkan kepastiannya di alam permainan Teh Esa.
Salam Cinta?
Dari:
" Kehendaknya adalah KehendakNya! "

0 komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright Alam Perwira | Born to Glory Template Created By : Alam Perwira and original template by Denzdii | Powered By : Blogger